Kamis, 25 Juli 2013



PEMANFAATAN LIMBAH ARANG TEMPURUNG KELAPA
DAN LIMBAH ARANG SEKAM PADI
DALAM PROSES PENYULINGAN AIR
WADUK POTO’AN LAOK PAMEKASAN



 






Ditulis Untuk Mengikuti Lomba Daur Ulng Limbah (LDUL)
Tingkat SMA / Sederajat Se-Jawa Timur - Bali
yang Diselenggarakan oleh FMIPA UNESA Surabaya



























Oleh :

MOH. LUTFI (NIS : 001359)
MOH. RIZAL EFENDI (NIS : 001275)

SMA AL-MIFTAH PAMEKASAN JAWA TIMUR
2011

LEMBAR PENGESAHAN


Karya Tulis Ilmiah

1.          Judul                                       :     Pemanfaatan Limbah Arang Tempurung Kelapa  dan Limbah Arang Sekam Padi Dalam Proses Penyulingan Air Waduk Poto’an Laok Pamekasan
2.          Identitas Ketua Pelaksana      :
3.          Ketua
a.       Nama Lengkap                  :     MOH. LUTFI
b.      NIS                                   :     001359
c.       Sekolah                             :     SMA Al-Miftah Pamekasan
d.      No. Telp / HP                    :     087 850 770 323
e.       Email                                 :     bulkiskholil@yahoo.co.id
4.         Jumlah Anggota                       :     1 (dua) orang
5.         Guru Pendamping                    :
a.       Nama                                 :     MOHAMMAD SUKRI, S. Pd. I
b.      Email                                 :     mamad_sukri89@yahoo.co.id
c.       NIP                                   :     -
d.      Alamat Rumah                  :     Galis Pamekasan
e.       No. Telp / HP                    :     087 850 770 323
Pamekasan, 22 Agustus 2011

Menyetujui                                                                      Ketua Pelaksana Kegiatan
Guru Pembimbing



MOHAMAMD SUKRI, S. Pd. I                                               MOH. LUTFI


Mengetahui dan Mengesahkan :
Kepala SMA Al-Miftah,



BAHRAWI, S. Sos. I

KATA PENGANTAR


Puji syukur kepada Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusunan makalah ilmiha ini dapat dengan mudah dan lancer.
Sholawat dan saam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai risalah nubuwah dan memberikan tongkat estafet keilmuan kepada ummatnya, dan ummat Muhammad menjadi umat terbaik di antara umat-umat terdahulu sehingga penulis baisa merakan manisnya ilmu dengan sebab jerih payah beliau.
Makalah ilmiah ini penulis susun dalam rangka mengikuti lomba kegiatan ilmiah tingkat SLTA yang diadakan oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Kemudian penyusunan makalah ilmiah ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyepen Palengaan Pamekasan Jawa Timur.
2.      Kepala SMA Al-Miftah Palengaan Pamekasan atas do’a dan restunya dan pengarahannya yang telah diberikan kepada penulis.
3.      Kepada Bapak Mohammad Sukr atas segala arahan dan bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini.
4.      Semua yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ilmiah ini yang tidak bisa penulis sebut satu persatu semoga amal dan bantuannya diterima oleh Allah swt serta mendapatkan balasan yang sesuai dari-Nya.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis memohon dan berharap semoga Allah menjadikan makalah ilmiah ini sebagai konstribusi ilmu pengetahuan yang berharga dan bermanfaat bagi semuanya. Amiin.

Pamekasan, 13 Januari 2010
Penulis,

ABSTRAK



Moh. Lutfi, Moh. Rizal Efendi. 2011. Pemanfaatan Limbah Arang Tempurung Kelapa  dan Limbah Arang Sekam Padi dalam Proses Penyulingan Air  Waduk Poto’an Laok Pamekasan. Karya Tulis Ilmiah SMA Al-Miftah yang  diajukan untuk mengikuti Lomba Daur Ulang Limbah tingkat SMA sederajat se-Jawa Timur – Bali FMIPA UNESA Surabaya.

Untuk menanggulangi dampak dari mengkomsumsi air yang tidak bersih serta menanggulangi potensi kekurangan air. Pemerintah menyiapkan jangka pendek, menengah dan panjang. Program jangka pendek dilakukan dengan cara memprioritaskan pemanfaatkan sumber air baku untuk air bersih. Untuk program jangka menengah dilakukan dengan menerapkan teknik sederhana yaitu penjernihan air sederhana serta gerakana pemberdayaan masyarakat untuk konservasi air bersih. Sedangkan program jangka panjang ditempuh dengan melindungi sumber air dan mengembangkannya, serta memperluas pembangunan sistem penyediaan air minum dan memfasilitasi pengembangannya dengan mengikutsertakan masrakat.
Penelitian ini berutjuan untuk mengetahui Untuk mengetahui proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan arang sekam padi dan menggunakan bahan arang tempurung kelapa dengan tepat dan benar, untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa dan untuk kualitas air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan aram tempurung kelapa.
Bedasarkan hasil peneltian Berdarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan bahan arang sekam padi hasil lebih baik daripada menggunakan arang tempurung kelapa dengan kesimpulan. Kualitas air suling yang menggunakan arang sekam padi lebih baik daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa dengan perbandingan warna dari air yang dihasilakan tidak keruh, tidak berabau dan tidak berwarna sedangkan kalau menggunakan bahan arang tempurung kelapa sebaliknya. Hasil air dari penyulingan menggunakan bahan arang sekam padi lebih memenuhi syarat daripada yang menggunakan arang tempurung kelapa. Jika mau dikonsumsi kalau menggunakan bahan arang sekam padi tidak perlu dimasak, jika menggunakan bahan arang tempurung kelapa sebaliknya.

Kata kunci : Arang sekam padi, arang tempurung kelapa, penyuilngan, waduk Poto’an Laok Palengaan Pamekasan.


DAFTAR ISI

Hal
HALAMA JUDUL         .............................................................................................        i
HALAMAN PENGESESAHAN ................................................................................      iii
KATA PENGANTAR           ......................................................................................      iv
ABSTRAKS.                     ...........................................................................................       v
DAFTAR ISI             ...................................................................................................      vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................     1
A.           Latar Belakang Masalah ..............................................................................      1
B.            Rumusan Masalah ......................................................................................      2
C.            Tujuan Penelitian ........................................................................................      2
D.           Manfaat Penelitian ......................................................................................     3

BAB II  KAJIAN PUSTAKA .........................................................................................   4
A.           Prematur kualitas air .....................................................................................     4
1.       Indikator kandungan bahan organik .......................................................    4
2.       Indikatyo padatan ....................................................................................   5
B.            Arang Sekam Padi .........................................................................................    5
C.            Arang Tempurung Kelapa .............................................................................    7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 9
A.           Pedekatan dan Jenis Penelitian .....................................................................    9
B.            Lokasi Penelitian .............................................................................................  9
C.            Sumber Data ..................................................................................................    9
D.           Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 10
E.            Analisis Data .................................................................................................. 11

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .................................................. 13
A.    Pembasan .......................................................................................................    13
B.     Proses Penyulingan ........................................................................................    13
C.     Kelebihan dan kekurangan ............................................................................    18
D.    Kualitas Air ..................................................................................................     19


BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 20
A.           Kesimpulan ....................................................................................................  20
B.            Saran ............................................................................................................... 20

Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Air memegang peranan yang penting dalam kehidupan baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses kimia dalam tubuh mahluk hidup berlangsung dengan media air. Air digunakan sebagai keperluan seperti untuk kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, transportasi, pembangkit tenaga listrik, rekerasi, pertanian dan perikanan.
Air sangat melimpah dibumi, sekitar 70 % permukaan bumi atau berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Ketersediaan air sepintas cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap penduduk, namun kenyataannya air seringkali tersedia ditempat-tempat yang tidak tepat. Dari sekian banyak air, hanya sebagian kecil saja yang benar-benar dimanfaatkan yaitu sekitar 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97% ada dalam samudera atau laut dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk dikonsumsi.
Di indnesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya 51,4% yang memenuhi syarat bakteriologis. Hal ini menyebabkan penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih menjadi masalah masyarakat dan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian bagi semua umur di Indonesia. (Aliya : 2001). Padahal penyediaan air bersih yang memenuhi syarat dapat mengurangi penyakit diare sebanyak 18%.
Disamping itu pula, jika air bersih kurang memadai dapat menyebabkan sebagaian penduduk enggan untuk membersihkan tempat-tempat penampungan air bersih. Penampungan air merupakan tempat berkembang biak nyamuk penular penyakit demam berdarah yaitu aedes aegepty. Akibatnya pemukiman yang rawan air bersih akan mudah terjangkit wabah penyakit demam berdarah seperti yang terjadi di beberapa kota yang berada di Indonesia.
Untuk menanggulangi dampak dari mengkomsumsi air yang tidak bersih serta menanggulangi potensi kekurangan air. Pemerintah menyiapkan jangka pendek, menengah dan panjang. Program jangka pendek dilakukan dengan cara memprioritaskan pemanfaatkan sumber air baku untuk air bersih. Untuk program jangka menengah dilakukan dengan menerapkan teknik sederhana yaitu penjernihan air sederhana serta gerakana pemberdayaan masyarakat untuk konservasi air bersih. Sedangkan program jangka panjang ditempuh dengan melindungi sumber air dan mengembangkannya, serta memperluas pembangunan sistem penyediaan air minum dan memfasilitasi pengembangannya dengan mengikutsertakan masrakat.
Dalam rangka mendukung program jangka menengah yang dicanangkan oleh pemerintah untuk menanggulangi dampak dari kekurangan penyediaan air bersih, penulis mencoba untuk melakukan sebuah penelitian terhadap kualitas air waduk Poto’an Laok dengan menggunakan teknik penyulingan sederhana yang akan dikonsumsi oleh santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyepen. Berangkat dari latar belakang di atas penulis berinisiatif untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Arang Sekam Padi dalam Proses Penyulingan Air Waduk Poto’an Laok Pamekasan”.

B.      Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas dapat menghasilkan sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
1.     Bagaimana proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan tempurung kelapa dan baha arang sekam padi dengan tepat dan benar ?
2.     Bagaimana kelebihan dan kelemahan dari proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa ?
3.     Bagaimana perbandingan kualitas air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa ?

C.       Tujuan Penelitian
1.     Untuk mengetahui proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan arang sekam padi dan menggunakan bahan arang tempurung kelapa dengan tepat dan benar
2.     Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa
3.     Untuk kualitas air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan aram tempurung kelapa

D.      Manfaat Penulisan
1.   Kepada penduduk, khususnya penduduk yang berada disekitar waduk Poto’an Laok Pamekasan dalam memberikan informasi yang benar tentang penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan arang sekam padi, karena selama ini penduduk Poto’an Laok hanya menggunakan air waduk sebagai irigasi perhatian saja, padahal air waduk Poto’an Laok juga bias dikonsumsi sebagai air minum.
2.   Kepada penulis sendiri sebagai tolak ukur sejauh mana ilmu yang didapat selama menimba ilmu di SMA Al-Miftah Pamekasan, dengan melakukan penelitian ini penulis diharapkan dapat meningkatkan semangat dalam melakukan penelitian sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
3.   Semua siswa di SMA Al-Miftah Pamekasan yang sedang menyelesaikan studinya, diharapkan hasil penelitian ilmiah ini dapat menjadi acuan untuk pengembangan kreatifitas serta inovasi dalam melakukan sebuah penelitian.
4.   Kepada segenap pembaca sekalian sebagai bentuk konstribusi ilmu dalam mengembangkan nilai-nilai manfaat dari air bagi kehidupan manusia.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Prameter Kualitas Air     
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas air yang dinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan kualitas air. Upaya pengelolaan kualitas air dilakukan pada :
·               sumber yang terdapat di dalam hutan lindung;
·               mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan
·               akuifer air tanah dalam
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya.
Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.
Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar.  Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001. 
1.      Indikator kandungan bahan organik
Bahan organik dalam air sungai dapat dikelompokkan menjadi bahan organik alami (asam humat dan asam fulvat) dan bahan organik non-alami. Bahan organik alami berasal dari humus yang banyak terdapat di permukaan tanah hutan, sementara bahan organik non-alami berasal dari limbah domestik, pertanian, dan industri.Hutan yang terjaga baik, kandungan humusnya tidak banyak terbawa ke air sungai karena hujan yang jatuh di atas tanah hutan sebagian besar meresap ke dalam tanah dan kandungan humus akan teradsorpsi oleh komponen tanah, sehingga tidak sampai mesuk ke air tanah dan sumber air. Sebaliknya, hutan yang telah rusak, erosi permukaan tanah hutan cukup besar. Humus akan terbawa oleh limpasan permukaan dan masuk ke sungai.Jadi, kandungan bahan organik alami yang tinggi dalam air sungai mengindikasikan kondisi hulu DAS yang hutannya telah rusak.
2.      Indikator kandungan padatan
Kandungan padatan dalam air sungai berasal dari air limbah atau hasil erosi di hulu sungai. Terdapat perbedaan yang mencolok antara padatan yang berasal dari erosi dan air limbah. Padatan dari erosi umumnya adalah padatan yang mudah mengendap (settleable solid) karena mempunyai ukuran partikel yang besar, sementara padatan dari air limbah cenderung berukuran kecil dan tersuspensi, bahkan terlarut.
Pada musim hujan, kandungan lumpur yang sangat tinggi akan terbawa sampai ke hilir karena debit air yang besar. Tetapi, pada musim kemarau dengan debit yang kecil, lumpur telah mengendap di daerah hulu. Hal ini akan menjadi permasalahan yang serius berupa terjadinya pendangkalan pada waduk.Jadi kandungan lumpur yang sangat besar pada musim hujan dapat dijadikan indikator telah rusaknya hutan di daerah hulu.

B.        Arang Sekam Padi
Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan sisa dari proses pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan. 
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. 
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya. 
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya. 
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan. 
Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat di bawah.
Komposisi kimia sekam padi menurut Suharno (1979) :
·               Kadar air : 9,02%
·               Protein kasar : 3,03%
·               Lemak : 1,18%
·               Serat kasar : 35,68%
·               Abu : 17,17%
·               Karbohidrat dasar : 33,71
Komposisi kimia sekam padi menurut DTC - IPB :
·                  Karbon (zat arang) : 1,33%
·                  Hidrogen : 1,54%
·                  Oksigen : 33,64%
·                  Silika : 16,98%
Dengan komposisi kandungan kimia seperti di atas, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya: 
·      sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, 
·      sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil. 
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil)1 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam sebesar 3300 k. kalori. Menurut Houston (1972) sekam memiliki bulk density 0,100 g/ ml, nilai kalori antara 3300 -3600 k. kalori/kg sekam dengan konduktivitas panas 0,271 BTU. 
Untuk lebih memudahkan diversifikasi penggunaan sekam, maka sekam perlu dipadatkan menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan tidak voluminous.
Bentuk tersebut adalah arang sekam maupun briket arang sekam. Arang sekam dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang tidak berasap dengan nilai kalori yang cukup tinggi. Briket arang sekam mempunyai manfaat yang lebih luas lagi yaitu di samping sebagai bahan bakar ramah lingkungan, sebagai media tumbuh tanaman hortikultura khususnya tanaman bunga.

c.     Arang tempurung kelapa
Arang tempurung kelapa selama ini lebih sering kita kenal sebagai bahan bakar untuk pemanggangan ikan atau makanan lain. Di balik kehitaman arang tempurung kelapa itu, ternyata menyimpan nilai ekonomis yang lebih tinggi lagi.
Tempurung kelapa yang dijadikan arang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan menjadikannya karbon aktif. Cara membuat karbon aktif dari tempurung kelapa juga relatif lebih mudah.
Karbon aktif berfungsi sebagai filter untuk menjernihkan air, pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain. Tempurung kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya cukup baik dijadikan karbon aktif.
Bentuk dan ukuran, dan kualitas tempurung kelapa harus diperhatikan ketika membuat karbon aktif. Tempurung kelapa yang akan dijadikan bahan pembuat karbon aktif, sebaiknya bebentuk setengah atau seperempat ukuran tempurung.
Jika ukurannya terlalu hancur, maka tempurung itu kurang baik dijadikan bahan pembuat karbon aktif. Dari segi kualitas, tempurung kelapa yang memenuhi syarat dijadikan bahan karbon aktif adalah kelapa yang benar-benar tua hingga warnanya hitam mengkilap dan keras.
Tempurung yang dijadikan bahan pembuat karbon aktif umumnya dari kelapa yang dijadikan kopra. Batok kelapa yang dihasilkan merupakan belahan dua dari satu buah kelapa utuh. Untuk membuat karbon aktif yang benar-benar berkualitas, tempurung harus bersih dan terpisah dari sabutnya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong bahwa pendekatan kualitatif "merupakan proses yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diminati".
Dalam pendekatan penelitian ini cenderung mendasarkan pada usaha mengungkapkan dan memformulasikan serta membandingkan dalam bentuk pemaparan data dan pengolahan data sebagai tujan final dalam penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental sungguhan true ekperiment  yaitu menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebik kelompok eksperimental dengan menggunakan data hasil temuan peneliti.
Peneliti sangat tertarik dengan penelitian kualitatif karena adanya kenaturalan dan keobjektifan data sesuai dengan realita sebenarnya tanpa ada intervensi dari luar bahkan dari penelitian itu sendiri, sehingga data yang di deskripsikan betul-betul alami bukan rekayasa. Jenis penelitian ini adalah grounded theory (teori dari dasar) dimana peneliti berupaya menemukan teori berdasarkan data empiris, bukan membangun teori deduktif logis.

 

B.     Lokasi Penelitian

Untuk penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Waduk Poto’an Laok Palengaan Pamekasan. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pemilihan lokasi penelitian ini, Yaitu pada saat ini peneliti adalah berstatus sebagai peserta didik di SMA Al-Miftah sekaligus santri Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyepen sedangkan keberadaan waduk Poto’an Laok tepat disebelah timur Pondok Pesantren sehingga dapat memudahkan untuk melakukan observasi dan penelitian.

 

C.     Sumber Data

Sumber data menurut Lot Land Sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Meleong  bahwa sumber data utama dalam penelitian adalah kata-kata  dan tindakan  selebinya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Data penelitian ini digali dari beberapa sumber yang sangat beragama untuk lebih lanjut data yang akan diperiksa akan di analisa. Sedangkan yang dimaksud sumber data dari penelitian adalah subjek dari mana data yang diperoleh, sementara itu, Margono berbeda pendapat bahwa sumber data yang sifatnya langsung dalam penelitian ini adalah alamiah ini yang jadi pokok atau sentral dalam memperoleh informasi yang objektif jadi sumber data dalam penelitian ini adalah manusia dan non manusia.
Sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa sumber data yang dihasilkan dari kajian pustaka yang terdiri dari surat kabar, majalah, jurnal imlmiah, buku dan pengujian hasil penelitian dengan menggunakan uji laboratorium. Tempat peneliti melakukan pengumpulan data yaitu di waduk Poto’an Laok Pamekasan.

 

D.    Tekni Pengumpulan Data

Agar suatu penelitian bersifat ilmiah tentunya harus dilengkapi oleh data dengan dilengkapi argumen-argumen yang kuat, dan lengkap untuk mendapatkan data atau dokumen yang banyak, akurat dan lengkap maka perlu dilakukan pencarian (pengumpulan). Terhadap data yang masih ada dan tersebar di lokasi penelitian, diperpustakaan dan di lobolatorium maka diharuskan melakukan pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan datanya antara lain sebagai berikut :
1.      Observasi (Pengamatan)
Yang dimaksud dengan observasi adalah dalam penelitian adalah pengamatan terhadapa lokasi yang berkaitan dengan adanya perubahan yang terjadi pada air, yang menyebabkan polusi pada air, serta mencari sumber air yang ada di waduk poto’an laok pamekasan. Sehingga dari hasil observasi atau pengamatan terhadap lokasi penelitian dapat membantu dalam tahap awal untuk mendiskripsikan tentang penelitian ini.
2.      Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah merupakan bahan tertulis serta gambar yang dibutuhkan peneliti yang dapat dimanfaatkan sebagai pengujian dan menafsirkan bahan untuk diolah menjadi sebuah data yang valid dan akurat.


3.   Eksperimen
Adapun eksperimen atau percobaan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengambilan sampel air waduk yang belum disuling, selanjutkanya dilakukan penyulingan dengan menggunakan cara yang pertama yaitu menggunakan bahan arang tempurung kelapa dan menggunakan cara yang kedua dengan bahan aram sekam padi. Dari hasil hasil eksperimen dilanjutkan pada uji loboratorium dengan mengambil sampel air waduk yang belum disuling, hasil air waduk yang disuling dengan menggunakan cara yang pertama dan hasil air waduk yang disuling dengan menggunakan cara yang kedua.


E.     Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di interpretasikan. Analisis data merupakan salah satu tahapan dalam sebuah penelitian dan dilakukan selama dan setelah perangkat atau informasi serta dokumentasi diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data, kesimpulan data yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan diskripsi analisis eksproratif untuk menggambarkan keadaan atau seratus fenomena, yaitu dengan cara mendiskripsi suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi.
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasinya pada suatu pola kategori dan suatu uraian dasar, analisis dan merupakan upaya mencarai dan menata sistematis catatan hasil observasi dan wawancara untuk meningkatkan pemahaman peneliti.
Data yang akan dianalisis adalah transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan tahapan analisis sebagai berikut :
1.      Checking (pengecekan)
Pengecekan data dilakukan dengan memeriksa kembali lembar transkrip data, observasi dan dokumentasi yang ada tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi yang diperlukan.


2.      Organizing (pengelompokan)
Pengelompokan data dilakukan dengan memilih-milah, atau mengklasifikasi data sendiri, hal ini untuk memudahkan peneliti dalam mengurutkan analisis sesuai fokus penelitian.


BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A.    Pembahasan
Dalam pembahasan data ini, akan dikemukakan beberapa hal atau persoalan yang dianggap penting dan erat kaitannya dengan penelitian ini, beberapa hal tersebut merupakan hasil Filterisasi (penyaringan) dari sekian banyak persoalan berkaitan dengan pengembangan optimalisasi pemanfaatan arang sekam padi dalam proses penyulingan air waduk. Persoalan-persoalan yang dibahas adalah persoalan yang sesuai dengan fokus dan tinjauan dari penelitian ini, antara lain adalah:
1.      Bagaimana proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan arang sekam padi dengan tepat dan benar ?
2.      Bagaimana perbandingan kualitas air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa ?
Penelitian ini, maka paparan data dan temuan penelitian akan disajikan dalam bentuk sub pokok bahasan sebagai berikut :

B.     Proses penyulingan air waduk dengan tepat dan benar
      Pada penyulingan air yang sederhana ini menrupakan penyulingan air dengan cara pengyaringan. Sedangkan dalam penelitian ini ada dua cara yang dipakai oleh peneliti cara yang pertama menggunakan arang tempurung kepala sebagai bahan yang diunggulkan sedangkan yang kedua memakai bahan arang sekam padi. Adapun proses pengyulingan ari menggunakan dua cara tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1.                              Cara pertama (menggunakan arang tempurung kelapa)
a.       Bahan yang dan alat yang dibunakan
1)                                                Pasir
2)                                                Batu kerikil
3)                                                Potongan batu bata
4)                                                Ijuk dan tali plastik
5)                                                Arang tempurung kelapa
6)                                                2 (buah) buah Drum p
7)                                                Gergaji
8)                                                Ember
9)                                                Bor besi
10)                                            Pipa
b.      Tahap penyaringan
1)    Semua bahan dan peralatan dikumplukan terlebih dahulu setalah itu bahan-bahan yang akan digunakan untuk penyulingan dibersihkan dengan air setelah itu dikeringkan terlebih dahulu dengan tujuan semua kotoran yang melekat pada bahan-bahan yang akan digunakan diprediksikan bersih.







Gambar 1 : Tempurung kelapa yang masih belum menjadi arang
2)    Kemudian kedua drum yang besar dilubangi dengan dengan bor besi dengan jarak 10 cm dari dasar drum lalu masukkan pipa yang sudah dilubangi kedalam lubang drum yang telah dibuat.
3)    Drum yang telah diberi pipa untuk penyaluran air lalu dipersiapkan untuk alat pengendanpan air dan alat penyulingan air.
4)    Drum yang digunakan untuk penyaringan lalu diisi dengan bahan yang telah dikumpulkan dan dibersihkan dengan urutan batu kerikil 20 cm, ijuk 5 cm, arang temurung kela 10 cm, ijuk 10 cm, dan potongan batu bata 10 cm.
5)    Setalah itu drum yang digunakan untuk alat pengendapan air diisi secara perlahan-lahan dengan tujuan air yang mengalir kedalam drum penyulingan tidak mengalir degan deras, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil penyuingan.


2.                              Cara yang kedua (menggunakan bahan arang sekam padi)
a.        Bahan alat yang digunakan
1)                                  Pasir
2)                                  Batu kerikil
3)                                  Arang kayu
4)                                  Sekam padi
5)                                  Ijuk
6)                                  Potongan kaca
7)                                  Ember
8)                                  Bor besi
9)                                  Pipa
10)                              Gergaji










Gambar 2 : Alat-alat yang dibutuhkan

b.      Tahap penyaringan
1.        Arang sekam padi dibakar telebih dahulu menggunakan tungku pembakaran, atau bisa menggunakan cara dengan menggali membuat lubang untuk pembakaran sekam padi.












Gambar 3 : Arang sekam padi
2.        Kemudian setelah arang sekam padi tersedia, lalu mengambil bahan-bahan yang lainnya untuk dibersihkan dengan air, setelah dibersihkan lalu dijemur hingga sampai kering. Sedangkan untuk bahan ijuk harus memilih ijuk yang sudah kering. Karena kalau mengambil ijuk yang tidak kering air ketika proses penyulingan air, air akan berubah menjadi merah.






Gambar 4 : Pasir dan kerikil
3.        Kemudian drum yang sudah dilubangi pada percobaan pertama digunakan pada percobaan kedua sehingga pada percobaan kedua dalam proses penyaringan ini relatif membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada cara yang pertama karena cara yang kedua adalah pengembangan dari cara yang pertama.











Gambar 5 : Bahan yang telah dimasukkan pada drum
4.        Adapun susunan bahan-bahan dalam cara yang kedua ini adalah : kerikil 10 cm, ijuk 5 cm, pasir 10, arang kayu 10 cm, arang sekam padi 10 cm, potongan kaca 5 cm.
5.        Setelah itu masukkan air secara perlahan-lahan pada drum yang digunakan untuk alat pengendapan air, tunggu sampai air meresap dan menghasilkan air yang berkualitas dari hasil penyaringan yang memakai cara kedua.












Gambar 6 : Air yang telah diproses penyulingan


C.     Kelebihan dan kekurangan dari hasil penyulingan
1.      Cara yang kedua
Kelebihan dan kekurangan proses penyulingan air menggunakan arang tempurung kelapa sebagai berikut :
a.       Proses pembuatannnya cukup mudah dan pemeliharaanya sederhana
b.      Bahan yang digunakan cukup mudah diperoleh didaerah pedesaan
c.       Air hasil penyaringannya cukup bersih untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga
Adapun kelemahannya dalam proses penyulingan air menggunakan bahan arang tempurung kelapa adalah sebagai berikut :
a.       Drum pengendapan dan penyaringan harus dibersihkan. Jika aliran air yang dikeluarkan kurang lancer maka ijuk, batu kerikil, potongan batu bata, dan pasir dicuci bersih, kemudian dijemur sampai kering.
b.      Arang tempurung kelapa biasanya paling lama tiga bulan sekali harus diganti dengan yang baru.
c.       Proses ini tidak dapa digunakan untuk menyuling air yang mengandung bahan-bahan kimia seperti buangan air dari pabrik. Cara ini hanya digunakan untuk menyuling air keruh, tetapi bukan menyaring air yang mengandung zat kimia tertentu.
d.      Jika diperlukan untuk keperluan air minum maka harus dimasak terlebih dahulu.
2.                              Cara yang kedua
Kelebihan dan kelemahan dari teknik penyulingan menggunakan bahan arang sekam padi adalah sebagai berikut :
b.         Biaya produksi relative murah
c.          Sekam padi sebagai bahan baku utama masih mudah diperoleh diadaerah pedesaan
d.         Proses pengarangan sekam padi mudah dikerjakan oleh masyarakat pedesaan sendiri
e.          Hasil penyulingan air telah memenuhi syarat kesehatan
f.          Hasil pengolahannya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan keluarga dalam kehidupan sehari-hari
Sedangkan kerugiannya dapat ditumbulkan jika proses pembakarannya berlangsung tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini mengakibatkan arang sekam padi.

D.    Kualitas air
Adapun perbandingan kualitas air dalam percobaan menggunakan bahan arang tempurung kelapa dan arang sekam padi sebagai berikut :
NO
URAIAN
ARANG SEKAM PADI
ARANG TEMPURUNG
KELAPA
1
Warna
tidak berwarna
berwarna agak kecoklatan
2
Tingkat kekeruhan
tidak keruh/ jernih
masih keruh
3
Rasa
tidak berasa
masih terasa bau





Dari tabel diatas digambarkan bahwa dalam proses penyulingan air menggunakan bahan arang sekam padi lebih daripada kualita air yang menggunakan bahan arang tempurung kelapa. Sehingga dalam penelitian ini menghasilkan bahwa kulitas air yang menggunakan bahan arang sekam padi lebih unggul atau lebih daripada menggunakan arang tempurung kelapa. Oleh kerena itu peneliti menghimbau jika ingin melakukan penyulingan air maka gunakanlah bahan yang arang sekam padi sebagai bahan utama dalam proses penyulingan.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan bahan arang sekam padi hasil lebih baik daripada menggunakan arang tempurung kelapa dengan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Kualitas air suling yang menggunakan arang sekam padi lebih baik daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa dengan perbandingan warna dari air yang dihasilakan tidak keruh, tidak berabau dan tidak berwarna sedangkan kalau menggunakan bahan arang tempurung kelapa sebaliknya.
2.      Hasil air dari penyulingan menggunakan bahan arang sekam padi lebih memenuhi syarat daripada yang menggunakan arang tempurung kelapa.
3.      Jika mau dikonsumsi kalau menggunakan bahan arang sekam padi tidak perlu dimasak, jika menggunakan bahan arang tempurung kelapa sebaliknya.

B.     Saran-saran
1.                                                                                                                  Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat mengembangkan kembali tentang pemanfaatan arang sekam padi dalam proses penyulingan air, sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas.
2.                                                                                                                  Bagi Masyarakat
Masyarakat khususnya masyarakat Desa Poto’an Laok Palengaan Pamekasan agar menggunakan arang sekam padi dalam proses penyulingan air waduk Poto’an Laok Palengaan Pamekasan, karena selama ini penulis melihat masyarakat mengkonsumsi air waduk tanpa melakukan penyulingan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
 
Aliya, Mengenal Teknik Penjernihan Air, Aneka Ilmu, Semarang.

C. Denison.C, Kenapa Saya Minum Air Suling (Leaflet).
 
Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarata Balai Pustaka
 
East Java Regional Sector Development and Prograam (EJRSDP). P.T. Waseco Tirta. Jakarta.

Hadi, B.S, 1996, Metode Pemeriksaan Kekeruhan dan Warna, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta .

Handoro, Widi, 2005, Teknik Pembuatan Resapan Air, Aneka Ilmu, Semarang
 
Kementrian Lingkungan Hidup, Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia 2002.

Nabuko, Holid, 2010, Metodologi Penelitian, Bumi AKsara, Jakarta
 
Marwah, Sitti,  Daerah Aliran Sungai (Das) sebagai Satuan Unit Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering  Berkelanjutan, Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, November 2001.
 
Masnang, Andi, Konversi Penggunaan Lahan Kawasan Hulu Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Sumberdaya Air Di Kawasan Hilir, Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, Mei 2003.
 
Rosidi, Imron, 2008, Sukse Menulis Karya Ilmiah, Pustka Sidogiri, Jawa Timur

Pijoto, Setijo, 2005, Mengenal Teknik Penjernihan Air, Aneka Ilmu, Semarang

Purba, Michel. 1995. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga.
 
Rahmadi, Andi, Air sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus: Pendekatan Daerah Aliran Sungai), Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, Mei 2002.

Tjahyono, M dkk. 1983. Lingkungan Hidup. Jakarta: Depdikbud Dirjend Dikdasmen.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar