PEMANFAATAN LIMBAH ARANG
TEMPURUNG KELAPA
DAN LIMBAH
ARANG SEKAM PADI
DALAM PROSES PENYULINGAN AIR
WADUK POTO’AN LAOK PAMEKASAN
![]() |
Ditulis Untuk
Mengikuti Lomba Daur Ulng Limbah (LDUL)
Tingkat SMA /
Sederajat Se-Jawa Timur - Bali
yang Diselenggarakan
oleh FMIPA UNESA Surabaya
![]() |
|||
![]() |


Oleh :
MOH.
LUTFI (NIS :
001359)
MOH.
RIZAL EFENDI (NIS
: 001275)
SMA
AL-MIFTAH PAMEKASAN JAWA TIMUR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Karya
Tulis Ilmiah
1.
Judul : Pemanfaatan Limbah Arang Tempurung Kelapa dan Limbah
Arang Sekam Padi Dalam Proses Penyulingan Air Waduk Poto’an Laok Pamekasan
2.
Identitas
Ketua Pelaksana :
3.
Ketua
a. Nama Lengkap : MOH.
LUTFI
b. NIS :
001359
c. Sekolah :
SMA Al-Miftah Pamekasan
d. No. Telp / HP : 087
850 770 323
e. Email : bulkiskholil@yahoo.co.id
4.
Jumlah
Anggota : 1 (dua) orang
5.
Guru
Pendamping :
a. Nama :
MOHAMMAD SUKRI, S. Pd. I
b. Email : mamad_sukri89@yahoo.co.id
c. NIP :
-
d. Alamat Rumah : Galis
Pamekasan
e. No. Telp / HP : 087
850 770 323
Pamekasan, 22 Agustus 2011
Menyetujui Ketua
Pelaksana Kegiatan
Guru Pembimbing
MOHAMAMD SUKRI, S. Pd. I MOH.
LUTFI
Mengetahui dan Mengesahkan :
Kepala SMA Al-Miftah,
BAHRAWI, S. Sos.
I
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusunan makalah
ilmiha ini dapat dengan mudah dan lancer.
Sholawat dan saam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai risalah nubuwah dan
memberikan tongkat estafet keilmuan kepada ummatnya, dan ummat Muhammad menjadi
umat terbaik di antara umat-umat terdahulu sehingga penulis baisa merakan
manisnya ilmu dengan sebab jerih payah beliau.
Makalah ilmiah ini penulis susun dalam rangka mengikuti lomba kegiatan
ilmiah tingkat SLTA yang diadakan oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Kemudian penyusunan makalah ilmiah ini tidak akan terwujud dengan baik
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyepen
Palengaan Pamekasan Jawa Timur.
2.
Kepala SMA Al-Miftah Palengaan Pamekasan atas do’a dan
restunya dan pengarahannya yang telah diberikan kepada penulis.
3.
Kepada Bapak Mohammad Sukr atas segala arahan dan
bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ilmiah ini.
4.
Semua yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ilmiah ini yang tidak bisa penulis sebut satu persatu semoga amal dan
bantuannya diterima oleh Allah swt serta mendapatkan balasan yang sesuai
dari-Nya.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis memohon dan berharap semoga Allah
menjadikan makalah ilmiah ini sebagai konstribusi ilmu pengetahuan yang
berharga dan bermanfaat bagi semuanya. Amiin.
Pamekasan, 13 Januari 2010
Penulis,
ABSTRAK
Moh. Lutfi, Moh. Rizal Efendi.
2011. Pemanfaatan Limbah Arang Tempurung Kelapa dan Limbah
Arang Sekam Padi dalam Proses Penyulingan Air
Waduk Poto’an Laok Pamekasan. Karya Tulis Ilmiah SMA Al-Miftah
yang diajukan untuk mengikuti Lomba Daur
Ulang Limbah tingkat SMA sederajat se-Jawa Timur – Bali FMIPA UNESA Surabaya.
Untuk
menanggulangi dampak dari mengkomsumsi air yang tidak bersih serta
menanggulangi potensi kekurangan air. Pemerintah menyiapkan jangka pendek,
menengah dan panjang. Program jangka pendek dilakukan dengan cara
memprioritaskan pemanfaatkan sumber air baku
untuk air bersih. Untuk program jangka menengah dilakukan dengan menerapkan
teknik sederhana yaitu penjernihan air sederhana serta gerakana pemberdayaan
masyarakat untuk konservasi air bersih. Sedangkan program jangka panjang
ditempuh dengan melindungi sumber air dan mengembangkannya, serta memperluas
pembangunan sistem penyediaan air minum dan memfasilitasi pengembangannya
dengan mengikutsertakan masrakat.
Penelitian
ini berutjuan untuk mengetahui Untuk mengetahui proses penyulingan air waduk
Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan arang sekam padi dan
menggunakan bahan arang tempurung kelapa dengan tepat dan benar, untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan dari proses penyulingan air waduk Poto’an
Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan
bahan arang tempurung kelapa dan untuk kualitas air waduk Poto’an Laok
Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada menggunakan bahan
aram tempurung kelapa.
Bedasarkan
hasil peneltian Berdarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menyimpulkan bahwa penggunaan bahan arang sekam padi hasil lebih baik daripada
menggunakan arang tempurung kelapa dengan kesimpulan. Kualitas air suling yang
menggunakan arang sekam padi lebih baik daripada menggunakan bahan arang
tempurung kelapa dengan perbandingan warna dari air yang dihasilakan tidak
keruh, tidak berabau dan tidak berwarna sedangkan kalau menggunakan bahan arang
tempurung kelapa sebaliknya. Hasil air dari penyulingan menggunakan bahan arang
sekam padi lebih memenuhi syarat daripada yang menggunakan arang tempurung
kelapa. Jika mau dikonsumsi kalau menggunakan bahan arang sekam padi tidak
perlu dimasak, jika menggunakan bahan arang tempurung kelapa sebaliknya.
Kata kunci : Arang sekam padi,
arang tempurung kelapa, penyuilngan, waduk Poto’an Laok Palengaan Pamekasan.
DAFTAR ISI
Hal
HALAMA JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
ABSTRAKS. ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A.
Latar
Belakang Masalah .............................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah ...................................................................................... 2
C.
Tujuan
Penelitian ........................................................................................ 2
D.
Manfaat
Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
A.
Prematur
kualitas air ..................................................................................... 4
1. Indikator kandungan bahan organik ....................................................... 4
2. Indikatyo padatan .................................................................................... 5
B.
Arang
Sekam Padi ......................................................................................... 5
C.
Arang
Tempurung Kelapa ............................................................................. 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 9
A.
Pedekatan
dan Jenis Penelitian ..................................................................... 9
B.
Lokasi
Penelitian ............................................................................................. 9
C.
Sumber
Data .................................................................................................. 9
D.
Teknik
Pengumpulan Data ............................................................................. 10
E.
Analisis
Data .................................................................................................. 11
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .................................................. 13
A. Pembasan ....................................................................................................... 13
B. Proses Penyulingan ........................................................................................ 13
C. Kelebihan dan kekurangan ............................................................................ 18
D. Kualitas Air .................................................................................................. 19
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 20
A.
Kesimpulan .................................................................................................... 20
B.
Saran ............................................................................................................... 20
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Air memegang peranan yang penting dalam kehidupan baik
bagi manusia, hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses kimia dalam tubuh mahluk
hidup berlangsung dengan media air. Air digunakan sebagai keperluan seperti
untuk kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, transportasi, pembangkit tenaga
listrik, rekerasi, pertanian dan perikanan.
Air sangat melimpah dibumi, sekitar 70 % permukaan
bumi atau berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Ketersediaan air
sepintas cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap penduduk, namun kenyataannya air
seringkali tersedia ditempat-tempat yang tidak tepat. Dari sekian banyak air,
hanya sebagian kecil saja yang benar-benar dimanfaatkan yaitu sekitar 0,003%.
Sebagian besar air, kira-kira 97% ada dalam samudera atau laut dan kadar
garamnya terlalu tinggi untuk dikonsumsi.
Di indnesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air
bersih baru mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya 51,4% yang memenuhi
syarat bakteriologis. Hal ini menyebabkan penyakit diare sebagai salah satu
penyakit yang ditularkan melalui air masih menjadi masalah masyarakat dan
menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian bagi semua umur di Indonesia.
(Aliya : 2001). Padahal penyediaan air bersih yang memenuhi syarat dapat mengurangi
penyakit diare sebanyak 18%.
Disamping itu pula, jika air bersih kurang memadai
dapat menyebabkan sebagaian penduduk enggan untuk membersihkan tempat-tempat
penampungan air bersih. Penampungan air merupakan tempat berkembang biak nyamuk
penular penyakit demam berdarah yaitu aedes
aegepty. Akibatnya pemukiman yang rawan air bersih akan mudah terjangkit
wabah penyakit demam berdarah seperti yang terjadi di beberapa kota yang berada di
Indonesia.
Untuk menanggulangi dampak dari mengkomsumsi air yang
tidak bersih serta menanggulangi potensi kekurangan air. Pemerintah menyiapkan
jangka pendek, menengah dan panjang. Program jangka pendek dilakukan dengan
cara memprioritaskan pemanfaatkan sumber air baku untuk air bersih. Untuk program jangka
menengah dilakukan dengan menerapkan teknik sederhana yaitu penjernihan air
sederhana serta gerakana pemberdayaan masyarakat untuk konservasi air bersih.
Sedangkan program jangka panjang ditempuh dengan melindungi sumber air dan
mengembangkannya, serta memperluas pembangunan sistem penyediaan air minum dan
memfasilitasi pengembangannya dengan mengikutsertakan masrakat.
Dalam rangka mendukung program jangka menengah yang
dicanangkan oleh pemerintah untuk menanggulangi dampak dari kekurangan
penyediaan air bersih, penulis mencoba untuk melakukan sebuah penelitian
terhadap kualitas air waduk Poto’an Laok dengan menggunakan teknik penyulingan
sederhana yang akan dikonsumsi oleh santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Panyepen. Berangkat dari latar belakang di atas penulis berinisiatif untuk
melakukan sebuah penelitian ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Arang Sekam Padi
dalam Proses Penyulingan Air Waduk Poto’an Laok Pamekasan”.
B. Rumusan
Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas dapat
menghasilkan sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana proses penyulingan air waduk Poto’an Laok
Pamekasan dengan menggunakan bahan tempurung kelapa dan baha arang sekam padi
dengan tepat dan benar ?
2.
Bagaimana kelebihan dan kelemahan dari proses
penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram
sekam padi daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa ?
3.
Bagaimana perbandingan kualitas air waduk Poto’an Laok
Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada
menggunakan bahan arang tempurung kelapa ?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui proses penyulingan air waduk Poto’an
Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan arang sekam padi dan menggunakan bahan
arang tempurung kelapa dengan tepat dan benar
2.
Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari proses penyulingan
air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada
menggunakan bahan arang tempurung kelapa
3.
Untuk kualitas air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan
menggunakan bahan aram sekam
padi daripada menggunakan bahan aram
tempurung kelapa
D. Manfaat
Penulisan
1.
Kepada penduduk, khususnya penduduk yang berada
disekitar waduk Poto’an Laok Pamekasan dalam memberikan informasi yang benar
tentang penyulingan air waduk Poto’an Laok Pamekasan dengan menggunakan bahan
arang sekam padi, karena selama ini penduduk Poto’an Laok hanya menggunakan air
waduk sebagai irigasi perhatian saja, padahal air waduk Poto’an Laok juga bias
dikonsumsi sebagai air minum.
2.
Kepada penulis sendiri sebagai tolak ukur sejauh mana
ilmu yang didapat selama menimba ilmu di SMA Al-Miftah Pamekasan, dengan
melakukan penelitian ini penulis diharapkan dapat meningkatkan semangat dalam
melakukan penelitian sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
3.
Semua siswa di SMA Al-Miftah Pamekasan yang sedang
menyelesaikan studinya, diharapkan hasil penelitian ilmiah ini dapat menjadi
acuan untuk pengembangan kreatifitas serta inovasi dalam melakukan sebuah
penelitian.
4.
Kepada segenap pembaca sekalian sebagai bentuk
konstribusi ilmu dalam mengembangkan nilai-nilai manfaat dari air bagi
kehidupan manusia.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Prameter Kualitas Air
Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas air yang
dinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya, maka perlu
dilakukan upaya pengelolaan kualitas air. Upaya pengelolaan kualitas air
dilakukan pada :
·
sumber yang terdapat di dalam hutan lindung;
·
mata air yang terdapat di luar hutan lindung;
dan
·
akuifer air tanah dalam
Kualitas
air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter
kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat
diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini
adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan
sebagainya.
Parameter
kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan
oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam,
derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.
Parameter
mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri,
virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian,
air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan
dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku
mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
2001.
1. Indikator
kandungan bahan organik
Bahan
organik dalam air sungai dapat dikelompokkan menjadi bahan organik alami (asam
humat dan asam fulvat) dan bahan organik non-alami. Bahan organik alami berasal
dari humus yang banyak terdapat di permukaan tanah hutan, sementara bahan
organik non-alami berasal dari limbah domestik, pertanian, dan industri.Hutan
yang terjaga baik, kandungan humusnya tidak banyak terbawa ke air sungai karena
hujan yang jatuh di atas tanah hutan sebagian besar meresap ke dalam tanah dan
kandungan humus akan teradsorpsi oleh komponen tanah, sehingga tidak sampai
mesuk ke air tanah dan sumber air. Sebaliknya, hutan yang telah rusak, erosi
permukaan tanah hutan cukup besar. Humus akan terbawa oleh limpasan permukaan
dan masuk ke sungai.Jadi, kandungan bahan organik alami yang tinggi dalam air sungai
mengindikasikan kondisi hulu DAS yang hutannya telah rusak.
2. Indikator
kandungan padatan
Kandungan
padatan dalam air sungai berasal dari air limbah atau hasil erosi di hulu
sungai. Terdapat perbedaan yang mencolok antara padatan yang berasal dari erosi
dan air limbah. Padatan dari erosi umumnya adalah padatan yang mudah mengendap
(settleable solid) karena mempunyai ukuran partikel yang besar,
sementara padatan dari air limbah cenderung berukuran kecil dan tersuspensi,
bahkan terlarut.
Pada
musim hujan, kandungan lumpur yang sangat tinggi akan terbawa sampai ke hilir
karena debit air yang besar. Tetapi, pada musim kemarau dengan debit yang
kecil, lumpur telah mengendap di daerah hulu. Hal ini akan menjadi permasalahan
yang serius berupa terjadinya pendangkalan pada waduk.Jadi kandungan lumpur
yang sangat besar pada musim hujan dapat dijadikan indikator telah rusaknya
hutan di daerah hulu.
B.
Arang Sekam Padi
|
Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan
sisa dari proses pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara
alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan
sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan
padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama
semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit,
sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi
kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang
saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir
beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan
sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan
ternak dan energi atau bahan bakar.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk
menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani.
Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh
terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk
menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani.
Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh
terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot
awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan
problem lingkungan.
Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia
penting seperti dapat dilihat di bawah.
Komposisi kimia sekam padi menurut Suharno (1979) :
·
Kadar air : 9,02%
·
Protein kasar : 3,03%
·
Lemak : 1,18%
·
Serat kasar : 35,68%
·
Abu : 17,17%
·
Karbohidrat dasar : 33,71
Komposisi kimia sekam padi menurut DTC - IPB :
·
Karbon (zat arang) : 1,33%
·
Hidrogen : 1,54%
·
Oksigen : 33,64%
·
Silika : 16,98%
Dengan komposisi kandungan kimia seperti di atas,
sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya:
·
sebagai bahan baku
pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan
sebagai bahan baku
dalam berbagai industri kimia,
·
sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan,
terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat digunakan untuk campuran pada
pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri
bata merah, (c) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia,
kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan
stabil.
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil)1 125
kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam sebesar 3300 k. kalori. Menurut Houston
(1972) sekam memiliki bulk density 0,100 g/ ml, nilai kalori antara 3300 -3600
k. kalori/kg sekam dengan konduktivitas panas 0,271 BTU.
Untuk lebih memudahkan diversifikasi penggunaan sekam,
maka sekam perlu dipadatkan menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan
tidak voluminous.
Bentuk tersebut adalah arang sekam maupun briket arang
sekam. Arang sekam dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar
yang tidak berasap dengan nilai kalori yang cukup tinggi. Briket arang sekam
mempunyai manfaat yang lebih luas lagi yaitu di samping sebagai bahan bakar
ramah lingkungan, sebagai media tumbuh tanaman hortikultura khususnya tanaman
bunga.
c. Arang tempurung
kelapa
Arang
tempurung kelapa selama ini lebih sering kita kenal sebagai bahan bakar untuk
pemanggangan ikan atau makanan lain. Di balik kehitaman arang tempurung kelapa
itu, ternyata menyimpan nilai ekonomis yang lebih tinggi lagi.
Tempurung
kelapa yang dijadikan arang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan
menjadikannya karbon aktif. Cara membuat karbon aktif dari tempurung kelapa
juga relatif lebih mudah.
Karbon
aktif berfungsi sebagai filter untuk menjernihkan air, pemurnian gas, industri
minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain. Tempurung
kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya cukup baik
dijadikan karbon aktif.
Bentuk
dan ukuran, dan kualitas tempurung kelapa harus diperhatikan ketika membuat
karbon aktif. Tempurung kelapa yang akan dijadikan bahan pembuat karbon aktif,
sebaiknya bebentuk setengah atau seperempat ukuran tempurung.
Jika
ukurannya terlalu hancur, maka tempurung itu kurang baik dijadikan bahan
pembuat karbon aktif. Dari segi kualitas, tempurung kelapa yang memenuhi syarat
dijadikan bahan karbon aktif adalah kelapa yang benar-benar tua hingga warnanya
hitam mengkilap dan keras.
Tempurung
yang dijadikan bahan pembuat karbon aktif umumnya dari kelapa yang dijadikan
kopra. Batok kelapa yang dihasilkan merupakan belahan dua dari satu buah kelapa
utuh. Untuk membuat karbon aktif yang benar-benar berkualitas, tempurung harus
bersih dan terpisah dari sabutnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Lexy
J. Moleong bahwa pendekatan kualitatif "merupakan proses yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku
yang dapat diminati".
Dalam pendekatan penelitian ini
cenderung mendasarkan pada usaha mengungkapkan dan memformulasikan serta
membandingkan dalam bentuk pemaparan data dan pengolahan data sebagai tujan
final dalam penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimental sungguhan true ekperiment yaitu menyelidiki kemungkinan saling hubungan
sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebik kelompok
eksperimental dengan menggunakan data hasil temuan peneliti.
Peneliti sangat tertarik dengan penelitian kualitatif
karena adanya kenaturalan dan keobjektifan data sesuai dengan realita
sebenarnya tanpa ada intervensi dari luar bahkan dari penelitian itu sendiri,
sehingga data yang di deskripsikan betul-betul alami bukan rekayasa. Jenis penelitian
ini adalah grounded theory (teori dari dasar) dimana peneliti berupaya
menemukan teori berdasarkan data empiris, bukan membangun teori deduktif logis.
B. Lokasi Penelitian
Untuk penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Waduk Poto’an Laok
Palengaan Pamekasan. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi peneliti
dalam pemilihan lokasi penelitian ini, Yaitu pada saat ini peneliti adalah
berstatus sebagai peserta didik di SMA Al-Miftah sekaligus santri Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Panyepen sedangkan keberadaan waduk Poto’an Laok tepat
disebelah timur Pondok Pesantren sehingga dapat memudahkan untuk melakukan
observasi dan penelitian.
C. Sumber Data
Sumber data menurut Lot Land Sebagaimana
dikutip oleh Lexy J. Meleong bahwa
sumber data utama dalam penelitian adalah kata-kata dan tindakan
selebinya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Data penelitian ini digali dari beberapa
sumber yang sangat beragama untuk lebih lanjut data yang akan diperiksa akan di
analisa. Sedangkan yang dimaksud sumber data dari penelitian adalah subjek dari
mana data yang diperoleh, sementara itu, Margono berbeda pendapat bahwa sumber
data yang sifatnya langsung dalam penelitian ini adalah alamiah ini yang jadi
pokok atau sentral dalam memperoleh informasi yang objektif jadi sumber data
dalam penelitian ini adalah manusia dan non manusia.
Sumber data yang dikumpulkan oleh
peneliti berupa sumber data yang dihasilkan dari kajian pustaka yang terdiri
dari surat
kabar, majalah, jurnal imlmiah, buku dan pengujian hasil penelitian dengan
menggunakan uji laboratorium. Tempat
peneliti melakukan pengumpulan data yaitu di waduk Poto’an Laok Pamekasan.
D. Tekni Pengumpulan Data
Agar suatu penelitian bersifat ilmiah
tentunya harus dilengkapi oleh data dengan dilengkapi argumen-argumen yang
kuat, dan lengkap untuk mendapatkan data atau dokumen yang banyak, akurat dan
lengkap maka perlu dilakukan pencarian (pengumpulan). Terhadap data yang masih
ada dan tersebar di lokasi penelitian, diperpustakaan dan di lobolatorium maka
diharuskan melakukan pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan datanya antara
lain sebagai berikut :
1. Observasi (Pengamatan)
Yang dimaksud dengan observasi adalah
dalam penelitian adalah pengamatan terhadapa lokasi yang berkaitan dengan
adanya perubahan yang terjadi pada air, yang menyebabkan polusi pada air, serta
mencari sumber air yang ada di waduk poto’an laok pamekasan. Sehingga dari
hasil observasi atau pengamatan terhadap lokasi penelitian dapat membantu dalam
tahap awal untuk mendiskripsikan tentang penelitian ini.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah
merupakan bahan tertulis serta gambar yang dibutuhkan peneliti yang dapat
dimanfaatkan sebagai pengujian dan menafsirkan bahan untuk diolah menjadi
sebuah data yang valid dan akurat.
3. Eksperimen
Adapun eksperimen atau percobaan yang
dilakukan oleh peneliti adalah pengambilan sampel air waduk yang belum
disuling, selanjutkanya dilakukan penyulingan dengan menggunakan cara yang
pertama yaitu menggunakan bahan arang tempurung kelapa dan menggunakan cara
yang kedua dengan bahan aram
sekam padi. Dari hasil hasil eksperimen dilanjutkan pada uji loboratorium
dengan mengambil sampel air waduk yang belum disuling, hasil air waduk yang
disuling dengan menggunakan cara yang pertama dan hasil air waduk yang disuling
dengan menggunakan cara yang kedua.
E.
Analisis
Data
Analisis data adalah proses
penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di
interpretasikan. Analisis data merupakan salah satu tahapan dalam sebuah
penelitian dan dilakukan selama dan setelah perangkat atau informasi serta
dokumentasi diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data, kesimpulan data
yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan diskripsi analisis
eksproratif untuk menggambarkan keadaan atau seratus fenomena, yaitu dengan
cara mendiskripsi suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi.
Analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasinya pada suatu pola kategori dan suatu uraian dasar,
analisis dan merupakan upaya mencarai dan menata sistematis catatan hasil
observasi dan wawancara untuk meningkatkan pemahaman peneliti.
Data yang akan dianalisis adalah
transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan tahapan analisis
sebagai berikut :
1.
Checking (pengecekan)
Pengecekan data dilakukan dengan
memeriksa kembali lembar transkrip data, observasi dan dokumentasi yang ada
tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi yang
diperlukan.
2.
Organizing (pengelompokan)
Pengelompokan data dilakukan dengan memilih-milah,
atau mengklasifikasi data sendiri, hal ini untuk memudahkan peneliti dalam
mengurutkan analisis sesuai fokus penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A.
Pembahasan
Dalam
pembahasan data ini, akan dikemukakan beberapa hal atau persoalan yang dianggap
penting dan erat kaitannya dengan penelitian ini, beberapa hal tersebut
merupakan hasil Filterisasi (penyaringan) dari sekian banyak persoalan
berkaitan dengan pengembangan optimalisasi pemanfaatan arang sekam padi dalam
proses penyulingan air waduk. Persoalan-persoalan yang dibahas adalah persoalan
yang sesuai dengan fokus dan tinjauan dari penelitian ini, antara lain adalah:
1.
Bagaimana proses penyulingan air waduk Poto’an Laok
Pamekasan dengan menggunakan bahan arang sekam padi dengan tepat dan benar ?
2.
Bagaimana perbandingan kualitas air waduk Poto’an Laok
Pamekasan dengan menggunakan bahan aram sekam padi daripada
menggunakan bahan arang tempurung kelapa ?
Penelitian ini, maka paparan data dan temuan
penelitian akan disajikan dalam bentuk sub pokok bahasan sebagai berikut :
B.
Proses penyulingan air waduk dengan tepat dan benar
Pada penyulingan air yang
sederhana ini menrupakan penyulingan air dengan cara pengyaringan. Sedangkan
dalam penelitian ini ada dua cara yang dipakai oleh peneliti cara yang pertama
menggunakan arang tempurung kepala sebagai bahan yang diunggulkan sedangkan
yang kedua memakai bahan arang sekam padi. Adapun proses pengyulingan ari
menggunakan dua cara tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1.
Cara pertama (menggunakan arang tempurung kelapa)
a.
Bahan yang dan alat yang dibunakan
1)
Pasir
2)
Batu kerikil
3)
Potongan batu bata
4)
Ijuk dan tali plastik
5)
Arang tempurung kelapa
6)
2 (buah) buah Drum p
7)
Gergaji
8)
Ember
9)
Bor besi
10)
Pipa
b.
Tahap penyaringan
1)
Semua bahan dan
peralatan dikumplukan terlebih dahulu setalah itu bahan-bahan yang akan
digunakan untuk penyulingan dibersihkan dengan air setelah itu dikeringkan
terlebih dahulu dengan tujuan semua kotoran yang melekat pada bahan-bahan yang
akan digunakan diprediksikan bersih.

Gambar 1 : Tempurung kelapa yang masih belum menjadi arang
2)
Kemudian kedua drum yang besar dilubangi dengan dengan
bor besi dengan jarak 10 cm dari dasar drum lalu masukkan pipa yang sudah
dilubangi kedalam lubang drum yang telah dibuat.
3)
Drum yang telah diberi pipa untuk penyaluran air lalu
dipersiapkan untuk alat pengendanpan air dan alat penyulingan air.
4)
Drum yang digunakan untuk penyaringan lalu diisi dengan
bahan yang telah dikumpulkan dan dibersihkan dengan urutan batu kerikil 20 cm,
ijuk 5 cm, arang temurung kela 10 cm, ijuk 10 cm, dan potongan batu bata 10 cm.
5)
Setalah itu drum yang digunakan untuk alat pengendapan
air diisi secara perlahan-lahan dengan tujuan air yang mengalir kedalam drum
penyulingan tidak mengalir degan deras, yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada hasil penyuingan.
2.
Cara yang kedua (menggunakan bahan arang sekam padi)
a.
Bahan alat yang digunakan
1)
Pasir
2)
Batu kerikil
3)
Arang kayu
4)
Sekam padi
5)
Ijuk
6)
Potongan kaca
7)
Ember
8)
Bor besi
9)
Pipa
10)
Gergaji


Gambar 2 : Alat-alat yang dibutuhkan
b.
Tahap penyaringan
1.
Arang sekam padi dibakar telebih dahulu menggunakan
tungku pembakaran, atau bisa menggunakan cara dengan menggali membuat lubang
untuk pembakaran sekam padi.

Gambar 3 : Arang sekam padi
2.
Kemudian setelah arang sekam padi tersedia, lalu mengambil
bahan-bahan yang lainnya untuk dibersihkan dengan air, setelah dibersihkan lalu
dijemur hingga sampai kering. Sedangkan untuk bahan ijuk harus memilih ijuk
yang sudah kering. Karena kalau mengambil ijuk yang tidak kering air ketika
proses penyulingan air, air akan berubah menjadi merah.


Gambar 4 : Pasir dan kerikil
3.
Kemudian drum yang sudah dilubangi pada percobaan
pertama digunakan pada percobaan kedua sehingga pada percobaan kedua dalam
proses penyaringan ini relatif membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada
cara yang pertama karena cara yang kedua adalah pengembangan dari cara yang
pertama.

Gambar 5 : Bahan yang telah dimasukkan pada drum
4.
Adapun susunan bahan-bahan dalam cara yang kedua ini
adalah : kerikil 10 cm, ijuk 5 cm, pasir 10, arang kayu 10 cm, arang sekam padi
10 cm, potongan kaca 5 cm.
5.
Setelah itu masukkan air secara perlahan-lahan pada
drum yang digunakan untuk alat pengendapan air, tunggu sampai air meresap dan
menghasilkan air yang berkualitas dari hasil penyaringan yang memakai cara
kedua.
![]() |


Gambar 6 : Air yang telah diproses penyulingan
C.
Kelebihan dan kekurangan dari hasil penyulingan
1.
Cara yang kedua
Kelebihan
dan kekurangan proses penyulingan air menggunakan arang tempurung kelapa
sebagai berikut :
a.
Proses pembuatannnya cukup mudah dan pemeliharaanya
sederhana
b.
Bahan yang digunakan cukup mudah diperoleh didaerah
pedesaan
c.
Air hasil penyaringannya cukup bersih untuk digunakan
untuk keperluan rumah tangga
Adapun
kelemahannya dalam proses penyulingan air menggunakan bahan arang tempurung
kelapa adalah sebagai berikut :
a.
Drum pengendapan dan penyaringan harus dibersihkan.
Jika aliran air yang dikeluarkan kurang lancer maka ijuk, batu kerikil,
potongan batu bata, dan pasir dicuci bersih, kemudian dijemur sampai kering.
b.
Arang tempurung kelapa biasanya paling lama tiga bulan
sekali harus diganti dengan yang baru.
c.
Proses ini tidak dapa digunakan untuk menyuling air
yang mengandung bahan-bahan kimia seperti buangan air dari pabrik. Cara ini
hanya digunakan untuk menyuling air keruh, tetapi bukan menyaring air yang
mengandung zat kimia tertentu.
d.
Jika diperlukan untuk keperluan air minum maka harus
dimasak terlebih dahulu.
2.
Cara yang kedua
Kelebihan dan
kelemahan dari teknik penyulingan menggunakan bahan arang sekam padi adalah
sebagai berikut :
b.
Biaya produksi relative murah
c.
Sekam padi sebagai bahan baku utama masih mudah diperoleh diadaerah
pedesaan
d.
Proses pengarangan sekam padi mudah dikerjakan oleh
masyarakat pedesaan sendiri
e.
Hasil penyulingan air telah memenuhi syarat kesehatan
f.
Hasil pengolahannya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih untuk keperluan keluarga dalam kehidupan sehari-hari
Sedangkan
kerugiannya dapat ditumbulkan jika proses pembakarannya berlangsung tidak
sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini mengakibatkan arang sekam padi.
D.
Kualitas air
Adapun perbandingan kualitas air dalam percobaan
menggunakan bahan arang tempurung kelapa dan arang sekam padi sebagai berikut :
|
Dari tabel diatas digambarkan bahwa dalam proses
penyulingan air menggunakan bahan arang sekam padi lebih daripada kualita air yang
menggunakan bahan arang tempurung kelapa. Sehingga dalam penelitian ini
menghasilkan bahwa kulitas air yang menggunakan bahan arang sekam padi lebih
unggul atau lebih daripada menggunakan arang tempurung kelapa. Oleh kerena itu
peneliti menghimbau jika ingin melakukan penyulingan air maka gunakanlah bahan
yang arang sekam padi sebagai bahan utama dalam proses penyulingan.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menyimpulkan bahwa penggunaan bahan arang sekam padi hasil lebih baik daripada
menggunakan arang tempurung kelapa dengan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Kualitas air suling yang menggunakan arang sekam padi
lebih baik daripada menggunakan bahan arang tempurung kelapa dengan
perbandingan warna dari air yang dihasilakan tidak keruh, tidak berabau dan
tidak berwarna sedangkan kalau menggunakan bahan arang tempurung kelapa
sebaliknya.
2.
Hasil air dari penyulingan menggunakan bahan arang
sekam padi lebih memenuhi syarat daripada yang menggunakan arang tempurung kelapa.
3.
Jika mau dikonsumsi kalau menggunakan bahan arang sekam
padi tidak perlu dimasak, jika menggunakan bahan arang tempurung kelapa
sebaliknya.
B.
Saran-saran
1.
Bagi
Peneliti
Peneliti
diharapkan dapat mengembangkan kembali tentang pemanfaatan arang sekam padi dalam
proses penyulingan air, sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas.
2.
Bagi
Masyarakat
Masyarakat khususnya masyarakat Desa
Poto’an Laok Palengaan Pamekasan agar menggunakan arang sekam padi dalam proses
penyulingan air waduk Poto’an Laok Palengaan Pamekasan, karena selama ini
penulis melihat masyarakat mengkonsumsi air waduk tanpa melakukan penyulingan
terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Aliya, Mengenal Teknik Penjernihan Air, Aneka Ilmu, Semarang.
C.
Denison.C, Kenapa Saya Minum Air Suling (Leaflet).
Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarata Balai Pustaka
East Java Regional Sector Development and Prograam (EJRSDP). P.T. Waseco Tirta. Jakarta.
Hadi,
B.S, 1996, Metode Pemeriksaan Kekeruhan dan Warna, Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan, Yogyakarta .
Handoro, Widi, 2005, Teknik
Pembuatan Resapan Air, Aneka Ilmu, Semarang
Kementrian Lingkungan Hidup, Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia 2002.
Nabuko, Holid, 2010, Metodologi
Penelitian, Bumi AKsara, Jakarta
Marwah, Sitti, Daerah Aliran Sungai (Das) sebagai Satuan Unit Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan, Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, November 2001.
Masnang, Andi, Konversi Penggunaan Lahan Kawasan Hulu Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Sumberdaya Air Di Kawasan Hilir, Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, Mei 2003.
Rosidi, Imron, 2008, Sukse Menulis Karya Ilmiah, Pustka Sidogiri, Jawa Timur
Pijoto, Setijo, 2005, Mengenal
Teknik Penjernihan Air, Aneka Ilmu, Semarang
Purba,
Michel. 1995. Ilmu Kimia. Jakarta
: Erlangga.
Rahmadi, Andi, Air sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus: Pendekatan Daerah Aliran Sungai), Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, Mei 2002.
Tjahyono,
M dkk. 1983. Lingkungan Hidup. Jakarta:
Depdikbud Dirjend Dikdasmen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar