Selasa, 16 Juli 2013

Menjadi Pemuda Sakti Mandraguna



Mohammad Sukri
Santri PP. Miftahul Ulum Panyepen

“Pemuda sekarang adalah pemimpin hari esok”, begitulah perkataan bijak yang disampaiakn oleh Abdurrahman Ad-Dakhil (Ilmuan Islam) tentang tanggapan beliau ketika berbicara masalah kepemudaan dan generasi bangsa. Senada pula dengan yang disampaikan oleh Proklamator Republik Indonesia Bapak Ir. Soekarno bahwa pemuda adalah nafas bangsa jika pemuda tidak mempuyai semangat untuk membangun bangsa maka jangan harap bangsa ini akan berkembang untuk selamanya.
Begitu besar harapan golongan tua kepada para pemuda, karena pemudalah yang nantinya akan menggantikan dan meneruskan pembangunan bangsa. Sehingga para golongan tua berusaha semaksimal mungkin untuk mencerdaskan kehidupan para kaula muda, salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mendirikan lembaga pendidikan, Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi bahkan tempat kursus yang tujuannya tidak lain untuk menghilangkan kebodohan demi terciptanya kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga pada akhirnya dihrapkan akan lahir para tokoh yang siap dan mampu membangun bangasa menjadi lebih baik dan berwibawa. Maka tidak salah dan merasa tidak berdosa jika kita sebagai pemuda berusaha menjalankan dan meneruskan cita-cita pendahulu kita.
Salah satu upaya untuk meneruskan cita-cita pendahulu kita adala, pertama¸berusaha dan mengusahakan diri manjadi manusia yang “SAKTI” (Smart, Aktif, Kreatif, Tekun dan Inovatif), jika kelima point tersebut sudah dimiliki oleh pemuda sekarang penulis yakin negera Indonesia akan mampu bersaing dengan Negara luar. Kedua, berusaha selalu menjadi yang terdepan berusaha tidak mau kalah dengan yang lainya, kunci kedua ini senada pemaparan Syihk Mustofa Al-Ghalayani “Sesungguhnya seseorang yang mampu tampil kedepan dan menjadi yang terdahulu maka dia sudah mampu mengalahkan kesusahan yang akan menimpa”.
Ketiga, sebagai pemuda yang selalu berusaha  untuk meneruskan cita-cita bangsa maka kita harus menghilangkan sifat putus asa, putus asa dapat mengakibatkan kelemahan hati dan kelemahan hati merupakan penyakit jasmani yang lebih sakit daripada hantaman pedang yang tajam.
Keempat, Pemuda selalu berusaha menghindari  barang-barang yang dapat merusak generasi bangsa misalnya narkoba dan lain sebagainya. Ada sebuah kata bijak yang mengatakan “Apa salahnya kita berbuat baik, dan apa benarnya kita berbuat salah”. Akhirnya penulis berharap pemuda sekarang adalah pemuda seperti pada zaman dahulu, yang menanamkan semangat luar biasa hingga menjadi manusia yang SAKTI MANDRAGUNA