Oleh : Mohammad Sukri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri hampir semua lapisan masyarakat menyukai dan pernah
makan tahu. disamping murah harganya dan enak rasanya, kandungan gizi dan
proteinnya juga cukup tinggi. Jika dirasa pemenuhan protein hewani tidak dapat
terjangkau, dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi tahu, dan makanan dari bahan
kedelai lain seperti tempe, oncom, dan susu kedelai. Kandungan protein tahu
hampir setara dengan protein pada daging dan susu.
Begitu luas jangkauan dan manfaat tahu menyentuh berbagai lapisan. Hal itu
berdampak pada berkembangnya industri-industri rumah yang memproduksi tahu.
Adanya pertambahan produksi tahu juga meningkatkan permintaan akan bahan baku,
yaitu kedelai.
Permintaan pasar yang begitu tinggi terhadap kedelai tidak serta merta
mengangkat nialai kedelai menjadi lebih baik. Justru malah sebaliknya. Dominasi
kedelai impor mengalahkan kedelai lokal sehingga para pengrajin tahu dan timpi
lebih banyak menggunakan kedelai impor.
Untuk memperkenalkan tahu kepada masyarakat, tentu harus dikenalkan bahan
dasarnya yaitu kedelai. Maka para biksu dan pedagang cina ikut serta
menyebarkan bibit kedelai keseluruh penjuru dunia. Sambil menyebarkan agama
budha mereka mendatangi para petani untuk menanam bibit kedelai di pesawahan
mereka.
Persebaran tanaman kedelai seiring dengan tujuan para pedagangan cina.
Karena jalur yang mereka lewati dengan pelayaran, maka daerah persinggahan
mereka kota-kota pesisir dekat pelabuhan atau samudera. Dari cina tanaman
kedelai menyebar ke Thailand, kaemudian India. Dari India kebeberapa negara Asia
Tenggara termasuk ke Indonesia. Di pulau Jawa mereka memasuki kota Demak, Jebara,
Gersik dan Kediri. Pada kesempatan itu dimanfaatkan untuk menyebarkan bibit
tanaman kedelai kepada para petani setempat. Biji-biji kedelai kemudian
disemaikan di ladang dan persawahan para petani. Sejak saat itu mulai dikenal
tanaman bahan pangan yang baru bernama kedelai disamping penyebaran di Asia juga
ke Eropa dan Amerika. Di Amerika kedelai dikenal sekitar tahun 1802. kemudian
dikembangkan secara besar-besaran hingga berhasil menjadi produsen kedelai
peringkat pertama di dunia.
Salah satu olahan kedelai yang sering dikonsumsi oleh masyrakat Indonesia
adalah tahu, tahu yang sering dijumpai dan sering dikonsumsi adalah jenis tahu
yang bahan dasarnya menggunakan kedelei. Dalam proses pengolahannya biji
kedelai yang pilih biji kedelai yang kualitas bagus, tidak keriput dan tidak
berlubang-lubang. Pemilihan kualitas biji kedelai tersebut sangat berpengaruh
pada hasil akhir dalam proses pembuatan tahu kedelai. Hal yang terpenting dalam
proses pembuatan tahu kedelai adalah memperhatikan semua kebersihan yang
menyangkut dalam proses pembuatan tahu.
Memperhatikan kebersihan dalam proses pembuatan tahu kedelai, sangat
berpengaruh terhadap hasil akhir daripada tahu. Karena apabila tidak
memperhatikan kebersihan semua alat dan bahan yang akan disampur dalam
pembuatan tahu akan menghasilkan tahu yang cepat busuk atau rusak tekena
bakteri. Bakteri yang banyak terdapat pada tahu yaitu bakteri coli dan bakteri.
Salah satu cara untuk mengatasi agar tahu bisa tahan dan cepat rusak atau busuk
yaitu dengan menggunakan bahan pengawat atau antioksidan. Biasanya antioksidan yang sering
dipakai dalam pembuatan gula merah adalah natrium metabisulfit, natrium
propionat, natrium benzoat, dan formalin.
Di sekitar kita banyak terdapat bahan-bahan alami yang dapat dimanfaatkan
sebagai antioksidan, misalnya kulit kayu kesambi yang mengandung senyawa tanin
dan saponin, senyawa ini dapat berfungsi sebagai zat antioksidan.
Berangkat
dari latar belakang di atas penulis berinisiatif mengangkat sebuah judul
penelitian ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Kulit Kayu Kesambi Sebagai
Antioksidan pada Tahu”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dijabarkan, dalam penyusunan karya ilmiah ini ada
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :
1. Apa saja kandungan kulit kayu kesambi ?
2. Bagaimana proses pemakaian kulit kayu
kesambi sebagai antioksidan pada tahu ?
3. Bagaimana perbandingan pemakaian kulit
kayu kesambi yang baik pada tahu ?
C.
Tujuan
Penulisan
Dari
rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
karya ilmiah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa saja kandungan kulit
kayu kesambi
2. Untuk mengetahui proses pemakaian kulit kayu kesambi sebagai
antioksidan pada tahu.
3. Untuk mengetahui perbandingan pemakaian
kulit kayu kesambi yang baik pada nira siwalan.
D.
Manfaat
Penelitian
Dari
penulisan karya ilmiah ini, dapat diambil beberapa manfaat, yaitu:
1.
Bagi Peneliti
Dengan penulisan karya ilmiah ini dapat diketahui
peranan kulit kayu kesambi sebagai antioksidan pada nira siwalan dalam
pembuatan gula merah sehingga nira siwalan tidak cepat rusak dan bisa
dimanfaatkan secara maksimal dalam pembuatan gula merah.
2.
Bagi Sekolah
Sekolah dapat memberikan pengetahuan bagi siswa lain
tentang pemanfaatan kulit kayu kesambi sebagai antioksidan alami pada tahu.
Sehingga dapat memberikan pengetahuan baru bahwa kulit kayu kesambi juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan antioksidan alami.
3.
Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat menambah pengetahuan dan informasi
baru bahwa kulit kayu kesambi dapat dijadikan antioksidan alami pada tahu, agar
tahu tidak mudah mengalami pembusukan atau kerusakan sehingga dapat menghasilkan
keuntungan yang lebih pada produsen tahu serta pada distributor tahu.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Kesambi
1.
Klasifikasi Pohon Kesambi
Kesambi dengan nama latin (Schleichera oleosa, Merr)
termasuk salah satu tumbuhan hutan yang beradaptasi lokal, bermanfaat serbaguna
dan bernilai ekonomis serta sangat potensial. Buah pohon kesambi digemari oleh
manusia, binatang, dan burung. Oleh karena itu, pohon kesambi dapat menjadi
alternatif tanaman unggulan di dalam dan di luar kawasan hutan.
Gambar 1 : Pohon Kesambi
Kingdom
|
Plantae
|
Subkingdom
|
Tracheobionta
|
Super Divisi
|
Spermatophyta
|
Divisi
|
Magnoliophyta
|
Kelas
|
Magnoliopsida
|
Subkelas
|
Rosidae
|
Ordo
|
Sapindales
|
Famili
|
|
Genus
|
|
Spesies
|
Schleichera
oleosa
|
Tabel
1: Klasifikasi pohon kesambi
Kesambi termasuk keluarga tanaman Sapindaceae. Di
beberapa daerah dikenal dengan nama kesambi (Sunda), kesambi (Jawa), kesamb,
kusambi, sambi (Madura), sambi (Bima, Sumba), bado (Makassar) , ading (Bugis).
Kesambi tergolong pohon yang tingginya dapat mencapai 15 hingga 40 m dengan
diameter batang antara 60-175 cm.
Di Indonesia ditemukan 2 (dua) jenis kesambi, yaitu
kesambi kerikil dan kesambi kebo/kerbau. Ciri khas perbedaannya terletak pada
daun dan kulit batang. Jenis kerikil mempunyai daun yang lebih kecil dan
memanjang. Bentuk percabangan liar dan kulitnya tipis dibandingkan dengan jenis
kerbau. Sedangkan kesambi jenis kerbau memiliki daun yang melebar pada ujungnya
dan kulit kayu yang lebih tebal. Bentuk percabangan teratur dan tegak lurus ke
atas. Tumbuhan ini tersebar di seluruh Asia Tenggara dan di Indonesia dapat
ditemukan pada ketinggian 0 s.d. 1200 m dari permukaan laut.
Kayu kesambi mempunyai struktur padat, rapat, kusut
sangat keras, dan lebih berat dari kayu besi. Karena itu, apabila dapat
mencapai umur yang lebih matang, kayunya berubah warna dari warna merah muda
menjadi warna kelabu dan tidak berurat. Selain itu, kayu kesambi sangat kuat
dan keras. Namun, salah satu kelemahan dari kayu kesambi adalah tergolong
kurang awet, tetapi sangat unggul sebagai kayu bakar dan pembuatan arang.
2. Biji Kesambi
Biji
kesambi dilapisi dan diselimuti oleh kulit yang berwarna coklat. bentuknya bulat
panjang dengan ukuran antara 6-14 mm. Mudah pecah dan daging bijinya mengandung
70 persen minyak sangat berguna sebagai bahan pembuatan minyak gosok. Minyak
yang berasal dari biji kesambi sangat baik untuk mengobati penyakit dalam,
kudis dan luka-luka.
Pada
masa perjuangan, minyak kesambi terkenal dikalangan tentara Kraton Yokyakarta
sebagai minyak gosok badan, dan disebut dengan minyak Makassar.
Minyak ini dibawah oleh tentara Raja Gowa yang membantu kraton, yang dikenal
dengan nama minyak nileo. Hasil penelitian menyebutkan, minyak biji kesambi
dapat pula diolah menjadi salep dan industri obat-obatan lainnya.
Biji kesambi
Dalam
upaya pengembangan biodisel, biji kesambi dapat diolah menjadi minyak pelumas,
pembuatan lilin, industri batik, dan bahan membuat sabun. Berita di Kompas
tanggal 14 Januari 2009 yang ditulis oleh wartawan Yuki Ikawati menyebutkan
bahwa tanaman ini memiliki potensi yang cukup menjanjikan sebagai sumber energi
terbarukan. Pohon kesambi merupakan tumbuhan hutan, tergolong keluarga
rambutan, di daerah Rote ditaksir jumlahnya sekitar 1.8 juta pohon. Daging
buahnya dapat dimakan dan dalam bijinya mengandung minyak sekitar 30 %.
Boleh
jadi, biji kesambi dapat dipakai langsung sebagai bahan bakar menggunakan
kompor biji sawit atau kompor biomasa. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut.
3. Budidaya Kutu Lak
Tumbuhan
kesambi juga menjadi rumah bagi serangga Kutu Lak (Lecciper lacca), penghasil lak (sejenis damar)
yang digunakan sebagai bahan politur, cat, pencelup tekstil, dan perekat. Kalau
seekor kutu tak berguna tetapi ketika dalam jumlah banyak, kutu dapat menjadi
andalan perekonomian suatu negara, misalnya di India. India terkenal dengan penghasil
produk yang berasal dari kutu ini. Kutu lak yang jauh lebih kecil dari kutu
ayam, banyak orang tidak percaya bahwa kutu sekecil itu mampu mendukung
perekonomian suatu bangsa.
Kutu
lak tidak dapat hidup pada manusia atau hewan tetapi hidup menumpang pada
tanaman inangnya. Namun tidak semua tanaman dia senangi. Kutu ini hanya setia
pada kekasihnya yang hanya satu-satunya pohon yang paling cocok dijadikan
tempat hidupnya. Tanaman itu kita kenal dengan nama Kesambi.
4. Jenis Kesambi
Nama
lain dari Kesambi adalah Schleicheratri juga Willd, Stamannia
skteroxylon BI. Di Indonesia ditemukan 2 (dua) jenis kesambi, yaitu kesambi
kerikil dan kesambi kebo/ kerbau. Ciri khas perbedaannya terletak pada daun dan
kulit batang. Jenis kerikil mempunyai daun yang lebih kecil dan memanjang.
Bentuk percabangan liar, dan kulitnya tipis dibandingkan dengan jenis kebo.
Sedangkan kesambi jenis kerbau memiliki daun yang melebar pada ujungnya dan
kulit kayu yang lebih tebal. Bentuk percabangan teratur dan tegak lurus ke
atas.
Tumbuhan
ini tersebar di seluruh Asia Tenggara dan di Indonesia dapat ditemukan pada ketinggian
nol s.d. 1200 m dari permukaan laut. Salah satu indikator pertumbuhan kesambi
adalah jati. Pada wilayah yang ditumbuhi jati secara liar biasanya diikuti pula
pertumbuhan kesambi. Artinya dimana ada jati yang tumbuh liar biasanya tanaman
kesambi juga dapat tumbuh baik. Di Jawa, tanaman kesambi digunakan sebagai
tanaman pengisi (sekat bakar) dalam hutan tamanan jati.
B. Mengenal Cara Pembuatan Tahu
Untuk memproduksi tahu di gunakan bahan baku pokok , yaitu kedele. Jenis kedele
terdiri atas 4 macam, kedele kuning, kedele hitam, kedele coklat dan kedele
hijau.. Pengrajin tahu biasanya menggunakan kedele kuning, akan tetapi juga
kedele jenis lain, terutama kedele hitam.
Kedele berbiji besar bila bobot 100 bijinya lebih dari 13
gram, kedele berbiji sedang bila bobot 100 bijinya antara 11 - 13 gram dan
kedele berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 7 -11 gram. Biji kedele yang
dipakai biji kedele tahu digiling sesudah biji kedele di rendam sekitar 7 jam
lebih dahulu.
- Syarat
mutu kedele untuk memproduksi tahu kualitas pertama adalah sebagai berikut
:
a.
Bebas dari sisa
tanaman (kulit palang, potongan batang atau ranting, batu, kerikil, tanah atau
biji-bijian
b.
Biji kedele tidak luka
atau bebas serangan hama
dan penyakit
c.
Biji kedele tidak
memar
d.
Kulit biji kedele
tidak keriput.
- Bahan
pembantu pembuatan tahu
Bahan baku
untuk membuat tahu kualitas tinggi adalah kedele putih berbiji besar-besar.
Kemudian perlu juga asam cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari
kedele agar dapat menggumpal menjadi tahu. Selain asam cuka dapat juga di pakai
batu tahu (CaSo4) atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat
tepung.
Dalam seluruh proses produksi tahu air bersih amat penting,
baik untuk mencuci, merendam maupun untuk membuat sari kedele. Kalau pengrajin
ingin membuat tahu kuning perlu menambah kunyit yang telah diparut dan diperas.
Untuk menambah rasa asin, misalnya dapat menambah garam, untuk menambah rasa
wangi sari kedele dicampur, misalnya dengan bubuk ketumbar, jintan, kapol,
cengkeh, pala atau bahan-bahan dari ramu-ramuan lain. Pengrajin dapat pula
membeli bubuk wangi buatan, misalnya bubuk buatan Cina.Proses.
- Produksi proses
tahu.
Kedele dipilih dengan penampi untuk memilih biji kedele
besar. Kemudian di cuci serta direndam dalam air besar selama 6 jam. Setelah di
rendam di cuci kembali sekitar 1/2 jam. Setelah di cuci bersih kedelai di
bagi-bagi diletakkan dalam ebleg terbuat dari bambu atau plastik.
Selanjutnya kedele giling sampai halus, dan butir kedele
mengalir dengan sendirinya kedalam tong penampung. Selesai digiling langsung
direbus selama 15 - 20 menit mempergunakan wajan dengan ukuran yang besar-besar
. Sebaiknya jarak waktu antara selesai digiling dan dimasak jangan lebih dari 5
- 10 menit, supaya kualitas tahu menjadi baik.
Selesai di masak bubur kedele diangkat dari wajan ke
bak/tong untuk disaring menggunakan kain belacu atau mori kasar yang telah di
letakkan pada sangkar bambu. Agar bubur dapat di saring sekuat-kuatnya
diletakkan sebuah papan kayu pada kain itu lalu ada satu orang naik di atasnya
dan menggoyang-goyang, supaya terperas semua air yang masih ada pada bubur
kedele. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu. Kalau perlu ampas tahu
diperas lagi dengan menyiram air panas sampai tidak mengandung sari lagi.
Pekerjaan penyaringan di lakukan berkali-kali hingga bubur kedele habis.
Air sampingan yang tertampung dalam tong warna kuning atau
putih adalah bahan yang akan menjadi tahu. Air saringan di campur dengan asam
cuka untuk menggumpalkan. Sebagai tambahan asam cuka dapat juga air kelapa atau
cairan whey (air sari tahu bila tahu telah menggumpal) yang telah di eramkan
maupun bubuk batu tahu (sulfat kapur)
Gumpalan atau jonjot putih yang mulai mengendap itulah yang
nanti sesudah di cetak menjadi tahu. Air asam yang masih ada dipisahkan dari
jonjot-jonjot tahu dan disimpan, sebab air asam cuka masih dapat digunakan
lagi. Endapan tahu dituangkan dalam kotak ukuran misalnya 50 x 60 cm 2 dan
sebagai alasnya di hamparkan kain belacu.
Adonan tahu kotak dikempa, sehingga air yang masih tercampur
dalam adonan tahu itu terperas habis. Pengempaan dilakukan sekitar 1 menit,
adonan tahu terbentuk kotak, yang sudah padat, di potong-potong, misalnya
dengan ukuran 6 x 4 cm 2, sebelulm menjadi tahu siap di jual.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Metode Penulisan
Metode adalah cara kerja atau jalan yanmg ditempuh
alam pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis
menggunakan metode true eksperiment, pada penelitian ini penulis membagi
dua kelompok ekperimen.
Pertama, kelompok sebagai kelompok kontrol dalam hal
ini adalah tahu yang tidak diberi perlakuan kulit kayu kesambi. Kedua, kelompok
eksperimen, pada hal ini adalah tahu yang diberi perlakuan kulit kayu kesambi.
Kelompok kontrol berfungsi sebagai acuan ada tidaknya pengaruh perlakuan yang
dilakukan pada tahu yang diberi perlakuan kulit kayu kesambi.
B.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
melalui otodidak. Penulis melakukan tala’ah pustaka sebagai acuan berupa :
1.
Artikel
Penulis mencoba mencari informasi mengenai objek yang
akan diteliti melalui pencarian artikel-artikel baik diberbagai media cetak
atau elektronik serta kenjungan langsung ke lembaga-lembaga swasta ataupun
negeri seperti. Perpustakaan umum, pusat perbukuan dan lain -lain.
2.
Eksperimen
Karya tulis ini disusun dengan mengadakan percobaan-
percobaan pada objek yang diteliti. Dilanjutkan dengan suatu kesimpulan yang
dihasilkan dari percobaan tersebut. Percobaan ini dilakukan dengan guna
menganalisis dan mencari hasil akhir dari perncanaan yang telah dirancang
sebelumnya.
3.
Interview
Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil satu atau
lebih orang yang ahli di bidangnya untuk dijadikan narasumber dalam suatu
dialog atau wawancara. Dari teknik inilah, penulis banyak mengetahui
informasi-informasi penting mengenai kulit kayu kesambi dalam bentuk tulisan
dan dari sini pula penulis mencoba menngembangkan pengetahuan yang kami miliki
agar terkumpul suatu inofasi yang akurat.
C.
Meteode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam proses penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah metode analsis deskriptif kualitatif. Dimana dalam metode ini
cara yang digunakan adalah mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data kedalam
bentuk penyajian yang sesuai secara sistematis.
D.
Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Kajian Pustaka
Bab III : Metonelogi Penelitian
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Penutup
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kandungan Kulit Kayu Kesambi Sebagai Antioksidan
Kulit kayu kesambi berfusngi sebagai antioksidan alami karena kulit kayu
kesambi mengandung senyawa tanin dan saponin, senyawa ini dapat berfungsi
sebagai zat antioksidan, untuk memperjelas apa yang dimaksud senyawa tanin dan
senyawa saponin penulis jelaskan pada paparan dibawah ini.
1. Saponin
Saponin adalah senyawa glikosida yang bertindak sebagai surfaktan. Saponin
merupakan kelas senyawa
kimia, salah satu dari banyak metabolit sekunder yang ditemukan dalam sumber-sumber alam
dan ditemukan dalam kelimpahan tertentu diberbagai spesies tanaman. Specifically, they are amphipathic glycosides
grouped phenomenologically by the soap-like foaming they produce when shaken in
aqueous
solutions, and structurally by their being composed of one or more hydrophilic
glycoside moieties combined with a lipophilic triterpene
derivative. [ 1 ] [ 2 ]
A ready and therapeutically relevant example is the cardio-active agent digoxin
, from common foxglove
.Senyawa ini berbahan
dasar tanaman anti-inflamasi senyawa yang dapat menurunkan kolesterol darah dan
mencegah penyakit jantung serta beberapa jenis kanker. Saponins can be found in legumes
, and form a soapy-looking foam when you shake the pot liquid of cooked dry
beans, or add water to soaked beans or lentils. Saponin dapat ditemukan dalam kacang polong dan membentuk busa sabun. These compounds have a bitter taste, and are considered
toxic in large amounts, which is why the water from soaked legumes should be
discarded, and fresh water added, before cooking.
Senyawa ini memiliki rasa pahit, dan
dianggap beracun dalam jumlah besar. Selain itu saponin juga mengandung aglikon polisiklik yang
khasnya adalah berbuih saat dikocok dengan air. Kemampuan berbusa saponin
disebabkan oleh bergabungnya saponegin nonpolar dan sisi rantai yang larut
dalam air. Dari berbagai hasil penelitian disimpulkan bahwa saponin bersifat
hipokolesterolemik, imunostimulator, dan antikarsinogenik. Mekanisme
antikarsinogenik saponin meliputi efek antioksidan dan sitotoksik langsung pada
sel kanker.
Gambar. 4 Struktur
saponin
2.
Tanin
Tanin
adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa polifenol kompleks,
dibangun dari unsur C, H, O, dan sering kali membentuk molekul besar dengan
bobot lebih besar dari 2000. Tanin terdapat dalam jumlah yang cukup besar
pada kayu dan kulit kayu. Selain itu, tanin merupakan
astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan
protein. Umumnya tanin digunakan untuk aplikasi di bidang pengobatan, misalnya
untuk pengobatan diare, hemostatik (menghentikan pendarahan), dan wasir.
Senyawa ini merupakan komponen zat organik yang sangat komplek
dan terdiri dari senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500–3000, dapat
bereaksi dengan protein membentuk senyawa komplek larut yang tidak larut. Tanin
bersifat sebagai antibakteri dan astringent atau menciutkan dinding usus yang
rusak karena asam atau bakteri. Tanin memiliki sifat-sifat antara lain : dalam
air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat, mengendapkan
larutan gelatin dan larutan alkaloid, tidak dapat mengkristal, larutan alkali
mampu mengoksidasi oksigen, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa
dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protioliti.
Gambar. 5 Struktur tanin
Saponin dan
tanin termasuk dalam glikosida, yaitu senyawa asal gula dengan zat lain yang
dapat terhidrolisasi menjadi penyusunnya, glikosida memberikan fruktosa dan
galaktosida yang menghasilkan galaktosa. Kandungan inilah yang menyebabkan gula yang ditambah
dengan kulit kayu kesambi mempunyai rasa yang lebih manis dari pada yang tidak
ditambah dengan kulit kayu kesambi.
B. Proses
Pemakaian Kulit Kayu Kesambi Sebagai Antioksidan
Metode adalah cara kerja atau jalan yang ditempuh alam
pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis
menggunakan metode true eksperiment,
Pertama, kelompok sebagai kelompok kontrol dalam hal
ini adalah minyak tahu yang tidak diberi tambahan perlakuan dengan kulit kayu kesambi. Kedua, kelompok
eksperimen, pada hal ini adalah minyak curah yang diberi perlakuan tambahan
kulit kayu kesambi. Kelompok kontrol berfungsi sebagai acuan ada tidaknya
pengaruh perlakuan yang dilakukan pada tahu yang diberi perlakuan perlakuan
dengan kulit kayu kesambi.
Untuk melakukan penelitian ini peneliti melakukan
beberapa tahapan-tahapan, diantaranya adalah pengumpulan bahan dan alat yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, adapun bahan dan alat-alat yang penulis
butuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bahan-bahan yang dibutuhkan
a.
1 Liter air
b.
10 buah tahu
c.
¼ Kg kulit kayu kesambi
2.
Ala-alat yang dibutuhkan
a.
Kamera digital
b.
2 buah toples
c.
Lesung
d.
2 Buah piring
e.
2 Buah gelas kimia
f.
Buku Catatan
Gambar 6 : Bahan adan Alat yang dibutuhkan
3. Tahap Pembuatan
Pemanfaatan
kulit kayu kesambi untuk pengawet sebabai antioksidan yaitu melalui 2 proses,
yaitu pembuatan serbuk kulit kayu kesambi, persiapana ala-alat dan pemberian
serbuk kulit kayu kesambi pada tahu yang sudah dipersiapkan. Adapun secara
rinci dijelaskan pada proses dibawah ini sebagai berikut :
a. Pembuatan Serbuk kulit kayu kesambi
1)
Kulit
kayu kesambi diambil dari pohon kesambi menggunakan parang atau pisau.
2)
Iris
kulit kayu kesambi menjadi bagian kecil dan tipis hal ini agar kulit kayu
kesambi yang dijemur akan cepat kering.
Gambar 7 : Kulit kayu kesambi
yang dikeringkan
3)
Setelah
itu ditumbuk hingga halus menggunakan lesung / atau alat yang bisa menjadikan
kulit kayu kesambi yang telah kering menjadi halus sehingga dapat bercampur
secara merata dengan air.
Gambar 8 : Kulit kayu
kesambiyang ditumbuk menjadi halus
4)
Kulit
kayu kesambi diayak menggunakan alat penyaring yang sering digunakan untuk
penyaringan santan kelapa.
Gambar 9 : Kulit kayu kesambi
yang sedang diayak
b. Persiapan alat-alat untuk penelitian
1)
Siapkan
tahu sebanyak sepuluh buah
2)
Siapkan
2 toples
3)
Lalu
tuangkan air yang sudah dipersiapkan kedalam 2 toples tersebut ukur agar kedua
air tersebut sama volumenya yaitu kira-kira @ 500 ml. setelah toples sudah
diisi air kemudian masukkan tahu yang sudah dipersiapkan masing-masing toples
berisi 5 buah tahu. Kemudia toples yang akan diberi perlakuan dengan pemberian
serbuk kulit kayu kesambi diberi tanda agar tidak tertukar dengan toples yang
tidak diberi perlakuan dengan kulit kayu kesambi.
4)
Sesudah
diberi tanda maka masukkan serbuk kulit kayu kesambi dengan ukuran ½ sendok
teh.
5)
Kemudian
amati dengan beberapa hari, ganti air setiap bagi agar tidak terjadi
pembusukan.
C. Hasil Percobaan Menggunakan
Kulit Kayu Kesambi
Pada
penelitian ini menggunakan 2 perbandingan yaitu. Pertaman kulit kayu kesambi
sebagai antioksidan pada tahu, kedua, tidak menggunakan antioksidan berupa
kulit katu kesambi pada tahu. Hasil pemakaian kulit katu kesambi dapat kita
lihat pada tabel pemangamatan sebabagai berikut :
Tahu yang tidak Memakai Kulit Kayu
Kesambi
|
Indikator
|
Hari
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Warna
|
Normal
|
Normal
|
Muncul bintik-bintik hitam
|
Muncul Bintik-bintk hitam secara
menyeluruh
|
-
|
Aroma
|
Normal
|
Normal
|
Bau
|
Sangat bau
|
-
|
Rasa
|
Normal
|
Normal
|
Agak kecut
|
Kecut
|
-
|
Tahu yang Memakai Kulit Kayu Kesambi
|
Indikator
|
Hari
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Warna
|
Merah (Dapat dihilangkan apabila dicuci
dengan air bersih)
|
Merah (Dapat dihilangkan apabila dicuci
dengan air bersih)
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
Aroma
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Agak bau
|
Rasa
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normaal
|
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemakaian kulit kayu kesambi sangat efektif
dan efesian untuk mengurangi kerusakan dari pada tahu. dengan dibuktikan pada
tabel diatas yaitu bahwa pemakaian kulit kayu kesambi pada tahu dapat
memperoleh tahu yang tidak cepat rusak dan bisa bertahan sampai dengan lima
hari sedangkan yang tidak memakai kulit kayu kesambi hanya mencapai tiga hari
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Kulit
kayu kesambi mengandung saponin dan tanin yang dapat digunakan sebagai
antioksidan, sehingga dapat mencegah rusaknya tahu sedini mungkin.
2.
Pemakian
kulit kayu kesambi sebagai antioksidan pada tahu melalui tahap beberapa tahap
yaitu, Pertama pembuatan serbuk kulit kayu kesambi, kedua pemakaian serbuk
kulit kayu kesambi pada tahu.
3.
Pemakaian
kulit kayu kesambi pada tahu dapat mencegah tingkat kerusakan pada tahu sampai
dengan lima hari dengan indikator yang peneliti temukan yaitu warna tahu
berubah menjadi merah, rasanya tetap normal dan aroma tahunya sedikit bau.
B. Saran
1. Bagi
Peneliti
Peneliti
diharapkan dapat mengembangkan kembali tentang pemanfaatan kulit kayu kesambi sebagai
antioksidan alami. Sehingga dapat menemukan antioksidan alami lainnya yang
dapat membantu masyarakat khususnya kepada pedagang tahu.
2. Bagi
Masyarakat
Masyarakat
khususnya bagi para pedagang dan produsen tahu agar mengguanakan sebagai
antioksidan alami pada pembuatan tahu, agar tahu tidak cepat mengalami
pembusukan.
3. Bagi
Sekolah
Sekolah diharapkan dapat memberitahukan bahwa kulit
kayu kesambi dimanfaatkan anti oksidan
pada tahu. Serta diharapkakan bagi sekolah untuk membantu para siswa untuk lebih
meningkatkan kreatifitas peserta didiknya. Sehingga menjadi siswa yang
professional, berfikir kreatif selalui mempuyai inovasi dan dapat bersaing
didunia luar.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani Ahmad. 1999. Kamus Kimia
Organik. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kbudayaan. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta:
Balai Pustaka.